“Engineer + Da’i”

oleh : Denny Hermawan (Mhs Jurusan Informatika STT Telkom)


Pada intinya, esensi dakwah tidak dapat di benturkan dengan sisi kehidupan yang lain. Masing-masing memiliki porsinya masing-masing.

“ Aduh..semester kemarin nilai ane pada berguguran dimedan ‘perang’. Kira-kira bakalan terulang lagi ‘gak ya semester ini?” celetuk seorang ikhwan, sebutlah Herdit namanya (bukan nama sebenarnya. red). Seringkah anda mendengar curhatan seperti itu, atau minimal pernah mendengarnya? Penulis yakin hampir sebagian besar akan berkata ‘ya’, atau bahkan sudah menjadi konsumsi sehari-hari (iya ‘gak). Tidak aneh memang karena tidak sedikit diantara kita yang pernah merasakannya, atau mungkin juga anda sendiri? ‘Virus semesteran’ ini menyerang dengan tidak pandang bulu, bisa aktivis laboratorium, aktivis event kondisional, ataupun aktivis organisasi, yang sebagian besar Insya Allah dalam rangka dakwah dijalan Allah swt. Dilema ini seperti sudah menjadi ‘atribut’ yang kudu, mesti, atawa fardu kifayah melekat pada sebagian besar sahabat-sahabat aktivis. Sepertinya hanya ada dua pilihan yang tidak dapat diganggu gugat, nilai/ketrampilan ataukah dakwah.

Sebagai seorang muslim, sudah tentu masing-masing akan sadar bahwa tuntutan dakwah sudah menjadi bagian dari kehidupan keseharian. Tapi kita jangan lupa juga bahwa tujuan awal dan utama kita ‘terdampar’ di kampus ini sekaligus amanah orang tua ialah belajar. Harapan orang tua sudah barang tentu ingin anaknya lulus dengan status yang baik, tak terkecuali IPK. Dalam kehidupan sebenarnya pun (lingkungan kerja.red) IPK ibarat sebuah kunci rumah yang akan menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin masuk kedalamnya, walaupun ketika sudah masuk, pengalaman dan ketrampilanlah yang akan berperan. Namun tetap kita tidak dapat mengabaikannya. Akan sangat ironi sekali jika seorang mahasiswa/i ST3, seorang yang aktif dalam dakwahnya, namun lulus hanya dengan IPK pas-pasan atau bahkan minim sekali, dan tanpa ditunjang dengan ketrampilan yang cukup. Bagaimana orang lain mau simpati pada kita, sedangkan sang contoh/panutannya sendiri tidak berposisi sebagai yang terbaik. Dan orang tua? Ragu sepertinya untuk menerima alasan jikalau dakwah/aktivitas dijadikan ‘tameng’ dibalik kegagalan kita

Satu hal yang menjadi permasalahan klasik ini sebenarnya ialah kemampuan memanage diri. Sejumput kata ini mungkin mudah untuk diucap dan dipelajari teorinya, namun dalam aplikasinya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Sering kali diantara kita melalaikan kuliah dengan maksud menjalankan amanah/dakwah sistemnya, namun tidak ada tanggungjawab yang sepatutnya harus diberikan (pinjam catatan teman, ikut kuliah kelas lain, dsb). Semua berlalu seakan waktu masih panjang dan kesempatan lain terbuka lebar. Sehingga tidaklah heran bila nilai-nilai yang didapat tidak maksimal dan ujung-ujungnya aktivitas menjadi salah satu kambing yang dihitamkan. Dan bila sahabat menyadarinya, ternyata hal ini sudah cukup bagi setan sebagai bahan tertawaan. Setan akan senang melihat manusia tidak maksimal didalam hidupnya. Masya Allah, masihkah kita ingin ditertawakan oleh setan?

Lalu, bagaimanakah solusi dan cara memanage diri yang baik, sukses dalam akademis dan juga dakwah? Banyak memang cara yang sering ditawarkan, selain tiap pribadi mempunyai cara masing-masing yang sesuai dengan dirinya. Namun tidak ada salahnya untuk menyimak sedikit point-point dibawah ini:

  • Ikhlas
    Janganlah riya dalam melakukan kegiatan yang ada. Terkadang kita ingin selalu mejadi pusat perhatian dalam bekerja, sehingga menyibukkan kita agar bagaimana bisa selalu tampil dimuka umum dan menunjukan ‘INILAH SAYA’.
  • Mampu membagi tugas
    Satu hal yang menjadi kelemahan kita, apalagi ketika menjadi pemimpin ialah ketidakmampuan dalam mengatur anak buah dengan tugas yang ada, sehingga pekerjaan yang ada di’makan’ oleh kita semua. Akibatnya, akademis menjadi korban yang kesekian kalinya.
  • Mampu membagi waktu
    Simpel memang bila kita membuat schedule untuk kita sendiri, namun yang sulit justru pada saat mematuhinya. Disinilah tantangan sebenarnya, mematuhi schedule, bukannya membuat schedule.
  • Tetapkan prioritas
    Point terakhir namun terpenting. Betapa banyak diantara kita yang aktif dilebih satu organisasi, laboratorium atau kursus (selain akademis), justru terlena dengan pilihannya sendiri. Kebanyakan yang terjadi ialah mencampur adukan kepentingan yang ada, sehingga kita sendiri merasa kebingungan dalam menetapkan mana yang harus dijalankan terlebih dahulu dan mana yang lebih penting dan utama.

Satu hal yang perlu kita ingat bersama, bahwa jalan dalam berdakwah itu tidak sempit. Janganlah berpikiran bahwa jika berdakwah itu harus dengan hafalan ayat-ayat dan dalil-dalil. Itu tidaklah mutlak. Dengan berdiam dapat menjadi dakwah, berahlak yang baik itu dakwah, tidak mencontek dan tekun belajar juga dakwah, dan masih banyak lagi hal-hal kecil yang seringkali kita remehkan padahal itu adalah ladang dakwah kita. Kalau sudah demikian, masihkah kita berkata dakwah itu sulit, buang waktu & tenaga, menggangu jam belajar?

Karena itu, bila mengutip salah satu perkataan Aa Gym, mulailah dari sekarang. Janganlah kita menyesal dihari kemudian sebab kesempatan tidak datang dua kali. Apakah kita hanya puas dengan hasil sekarang, PeDe dengan title PMDK (Perkumpulan Mahasiswa Dua Koma)? Cobalah jalankan kiat-kiat yang kira-kira anda cocok dengannya. Dan coba resapi perkataan seorang ulama:
“Bila seseorang hanya terfokus pada akademisnya, maka ia akan kehilangan kemampuan memanage diri disebabkan kesibukannya akan nilai/IPKnya. Begitu pula jika seseorang terlalu sibuk dengan ekonominya, maka ekonominyalah yang akan menjadi bagian kesehariannya. Dan jika seseorang hanya sibuk dengan dakwahnya, Maka dakwah itulah yang menjadi rutinitasnya sehari-hari. Tapi bila seseorang sibuk dengan manageme dirinya, maka Insya Allah ia akan dapat semuanya.”

So..masihkah kita terdiam dan termenung dengan keadaan sekarang. Ingin kita menjadi Seorang Engineer STT Telkom dengan ahlakul karimah. Akankah kita termasuk kedalam mujahidin/ah kaum intelektual, bergerak bersama dengan lajunya dakwah? Kita buktikan dan nantikan jawabannya bersama-sama. [denny]

Comments

Popular posts from this blog

Karena Wanita Ingin Dimengerti

Buah Mengembalikan Urusan Kepada Allah dan Bersabar

jangan menjadi kacang lupa kulitnya